Skip to content

TMPT

Tempat Memberikan Informasi

Menu
  • Bisnis
  • News
  • Pendidikan
  • Teknologi
  • Viral
Menu

Trump Menang, Indonesia Akan Memanjakan Impor China. Inilah Alasannya.

Posted on December 5, 2022

JAKARTA – Hari ini Rabu (11/9/2016), kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS menjadi perhatian global.

Bagaimana bisa sebaliknya, begitu banyak negara yang relatif bergantung pada perekonomian negara Saudara Sam.

Proteksionisme yang dipromosikan oleh Trump selama kampanye terakhirnya tampaknya menjadi bencana bagi perdagangan global.

Menurut analis Samuel Aset Management, Lana Soelistianingsih Indonesia kemungkinan besar akan terpengaruh kebijakan Trump, meski tidak secara langsung.

“Kalau Trump lebih protektif, dampak terbesarnya adalah ekspor China,” kata Rana kepada Kompas.com, Rabu.

Lanna melanjutkan, jika permintaan AS terhadap barang-barang China menurun, permintaan China terhadap bahan baku dan produk setengah jadi Indonesia juga akan menurun.

“Ekonomi China bisa melemah dan ekspor Indonesia (ke China) bisa turun,” tambah Rana.

Konsekuensi lainnya, barang-barang China akan merambah pasar lain, termasuk Indonesia.

Seperti diketahui, Amerika Serikat merupakan negara pengimpor terbesar kedua di dunia karena ukuran ekonominya yang sangat besar.

Sebagian besar impor AS berupa barang modal (29%) dan barang konsumsi (26%).

Sisanya termasuk bahan baku industri (24%), mobil dan suku cadang mobil dan mesin (15%), serta makanan, minuman dan pakan (5%).

Importir teratas untuk Amerika Serikat adalah Cina (19%), Kanada (14,5%), Meksiko (12%), Jepang (6%) dan Jerman (5%).

Pada kuartal ketiga 2016, impor AS dari China turun 2,8%.

Impor dari Amerika Serikat menurun secara keseluruhan pada triwulan III 2016 karena penurunan impor dari Tiongkok.

Menurut Biro Sensus AS, impor AS turun 1,3%, atau 1 juta metrik ton, menjadi $225,6 miliar pada September 2016.

Impor barang modal turun $1,7 miliar, sedangkan impor barang konsumsi turun $800 juta.

Pertukaran Influencer

Kemenangan Trump berdampak pada melemahnya nilai tukar dolar AS.

Hal ini menyebabkan investor mencari safe haven lain untuk menginvestasikan uangnya. Kelemahan dolar AS telah menjadikan emas sebagai aset safe haven pilihan.

Lana mengatakan, “Kalau harga emas naik, harga komoditas lain naik, begitu juga bahan tambang lainnya. Kalau tambang lain naik, tentu akan sangat membantu Indonesia, karena kita punya kapasitas ekspor yang sangat besar.” dikatakan.

cinta agresi

Lana juga memperingatkan Anda tentang hal-hal yang perlu dikhawatirkan. Presiden AS dari Partai Republik cenderung menginvasi negara lain berkali-kali, yang pada akhirnya menaikkan harga minyak internasional.

Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas akan menguntungkan dalam waktu dekat. Namun perlu diingat bahwa ketahanan energi Indonesia masih rendah sementara konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri masih tinggi.

“Saat harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Saat harga BBM naik, inflasi juga akan terjadi. Jika harga barang naik, maka harga pangan juga naik. ” kata Lana.

Jika hal ini terjadi, target pemerintah untuk menjaga inflasi pada atau sekitar 4% pada tahun 2017 mungkin tidak akan tercapai, dan Rana memperkirakan target tersebut akan meleset dan inflasi akan melebihi batas tersebut.

“Kalau harga minyak mentah sekitar $65 per barel, inflasi bisa sekitar 6,5 persen. Itu harus hati-hati,” kata Rana.

reaksi Indonesia

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution juga angkat bicara soal ini. Mantan Gubernur Bank Indonesia ini masih menunggu kebijakan yang akan dilancarkan Trump untuk negaranya.

“Kami ingin melihat bagaimana dia (Trump) akan mengumpulkannya. Belum waktunya untuk menyimpulkan kebijakannya seperti apa,” kata Darmin usai memaparkan prakiraan ekonominya di Jakarta, Kamis (10/11/2016).

Sebagai referensi, Trump mengejutkan pendukung Hillary dengan memenangkan kemenangan meyakinkan di Wisconsin dan Pennsylvania, yang telah memilih kandidat Demokrat sejak pemilihan presiden AS tahun 1988.

Sering disebut sebagai “negara bagian sabuk karat”, negara bagian ini didominasi oleh sebagian besar pemilih kerah biru berkulit putih tanpa pendidikan perguruan tinggi.

Pemilih ini adalah pemilih kelas pekerja yang terjebak dalam retorika populis Trump yang mengutuk globalisasi dan perdagangan bebas.

Faktor ini diyakini akan menyebabkan hilangnya pekerjaan, khususnya di sektor manufaktur yang dialihdayakan di luar Amerika Serikat. Demografi pemilih ini terutama tinggal di kota-kota kecil dan daerah pedesaan.

Pengarang: Estu Suryowati

Recent Posts

  • 2 Cara Transfer Uang Dari Luar Negeri Ke Indonesia ✓
  • WhatsApp Sedang Mengerjakan Fitur Baru Untuk Secara Otomatis Menghapus Grup Yang Tidak Aktif
  • Apple Menghapus Tombol Bisu Dari IPhone 15 Pro
  • Rekomendasi Lagu Indonesia Paling Populer di 2023
  • Nginep di Hotel-Hotel dekat Pusat Oleh-Oleh Hong Kong, Ini Selengkapnya
©2023 TMPT | Design: Newspaperly WordPress Theme